Kamis, 09 Mei 2013

Dua Pemuda yang Mendaki Gunung

    
   Dua orang pemuda tampak berdiri menghadapi gunung yang tinggi di depannya. Mereka berdiri berdampingan. kedua pasang mata mereka menatap terjalnya gunung. mereka berdua sedang mendapatkan tugas dari gurunya mendaki dan memetik sebuah bunga cantik yang hanya ada di puncak gunung itu. Bunga itu memang hanya ada di puncak gunung itu. dan sesuai perintah guru itu, mereka hanya diberi waktu selama 4 hari untuk mendapatkannya, karena setelah itu bunga itu akan segera layu. Selama pendakian mereka harus mematuhi petunjuk-petunjuk yang telah diberikan oleh guru itu. Tapi bekalnya mereka harus menyiapkan sendiri.
     Gunung itu memang cukup tinggi. Jalannya berkelok-kelok. Jurang-jurang yang cukup curam menganga di kanan kiri jalan menuju puncaknya. jalan yang dilewati kadang mendatar, menurun, atau naik begitu tajam.  Tebing-tebing batu juga tidak luput ikut menambah sangarnya gunung itu. Di kaki gunung terdapat hutan cemara yang masih cukup lebat. Di atas hutan cemara ada hutan heterogen yang masih alami, banyak pohon besar yang bersulur-sulur, binatang-binantang liar juga masih banyak di area ini. Pohon-pohon besar dengan akar yang bergelantungan serta suara-suara binatang dan angin yang menyelinap pada sela-sela dedaunan membuat suasana tambah sangar. Padang rumput luas yang hanya memiliki sedikit pohon ada di atas hutan heterogen ini. rumput ilalang yang tumbuh subur dengan liarnya akan menutup jalan yang tidak dilalui selama seminggu. ketinggian rumput itu mencapai sebahu orang dewasa bahkan ada yang lebih. disini sudah agak jarang binatang besarnya. paling hanya ada bebrapa tikus gunung kecil yang sudah beradaptasi dan beberapa burung yang mampu bertahan dengan keadaan seperti itu. Di area ini udara sudah cukup dingin.
     Hampir mendekati puncak, terdapat padang yag tidak begitu luas yang terdiri dari bebatuan yang cukup besar. batuan-batuan yang tumpang tindih membentuk jalan beruapa celah-celah sempit dan berkabut. Hawa dingin menusuk sudah bisa di rasakan di area ini. Tidak ada lagi beinatang yang betah tinggal di sini. setelah itu akan ada puncak yang tidak lebih luas dari sebuah lapangan sepak bola. dan disitulah pas di tengahnya bunga cantik itu bisa ditemukan. itulah gambaran suasana gunung yang harus di daki. menurut keterangan dari guru mereka.
     Demi mendengar semua itu, maka kecutlah hati pemuda yang pertama. Hatinya dongkol, mukanya memerah, memendam amarah dan kejengkelan kepada gurunya. Mengapa harus ada tugas seperti ini, gumamnya. Tugas ini menjadi beban pikiran yang luar biasa. Dia seakan-akan enggan untuk melakukannya. Tapi mau tidak mau tugas ini harus dilakukan, pesan yang cukup tegas dari gurunya. si pemuda hanya menyiapkan bekal ala kadarnya. Dia tidak mau bersusah-susah membawa banyak bekal seperti yang sudah disarankan oleh gurunya.
     Pemuda yang kedua justru bertolak belakang dengan pemuda pertama. mendengar perintah gurunya untuk mendaki gunung wajahnya jadi ceria, sumringah, tak ada keraguan sedikitpun dalam hatinya. Ini adalah tantangan, pikirnya. dia begitu senang dan bersemangat. perbekalan di siapkan sesuai dengan perintah gurunya. Dia ingin cepat-cepat menyelesaikan tugas pendakian ini. 
      Akhirnya tiba waktunya bagi kedua pemuda itu untuk melakukan pendakian. Pemuda pertama berangkat dengan hati yang sesak.  Dalam hatinya masih saja mengumpat gurunya. dia merasa gurunya menyengsarakan hidupnya. Berbeda dengan pemuda pertama, pemuda kedua berangkat dengan ceria, sambil bernyanyi-nyanyi. Dia tidak sabar ingin segera mendapatkan bunga cantik itu.
     Di tengah perjalanan Pemuda yang pertama mengeluh dan mulai merasakan kesulitan-kesulitan. Bekal yang tidak mencukupi menambah kesulitan yang sedang dihadapi. Dia mulai mengumpat kesalahannya sendiri dan mengutuki gurunya yang memberikan tugas. Akhirnya Sang Pemuda menyerah. Dia sudah tidak bisa lagi menjalankan apa yang ditugaskan. Tak mungkin lagi meneruskan perjalanan karena bekalnya sudah habis di tengah perjalanan. Dia turun gunung dengan tangan hampa dan sia-sia.
     Pemuda yang kedua tidak mengalami hambatan yang cukup berarti, bahkan dia sangat menikmati setiap langkah perjalanannya menuju puncak gunung.  Perbekalan yang dibawa cukup, bahkan lebih dari cukup. Sang pemuda akhirnya berhasil sampai di puncak dan memetik bunga cantik yang diperintahkan gurunya. Dia turun gunung dengan hati yang tenang dan bangga.
      ..........................................................................................................................................................

Saudaraku setiap oarang akan mengalami seperti apa yang dialami oleh dua pemuda tersebut. Semua orang kan bertemu dengan yag namanya masalah. Saya ingin mengkhususkan alegori ini untuk siswa ataupun mahasiswa. sulit dan tidaknya sebuah tugas sangat bergantung pada cara pandang kita. kalau menganggap tugas adalah halangan bahkan mungkin beban maka tugas itu akan menjadi semakin sulit. tapi coba lihatlah pada pemuda yang kedua, dia menganggap tugas adalah tantangan yang harus ditaklukkan. Karena menganggap tugas adalah tantangan dia menjadi sangat bersemangat menghadapinya. sehingga dia mnyiapkan bekal yang banyak untuk menghadapi tantangan itu. Akhirnya hasil yang manis bisa ia rasakan.

" Tugas dan halangan yang sama akan terasa berbeda tergantung bagaimana cara kita memandangnya"
..................................admin...........................  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berwisata ke Curug Lawe

Curug Lawe Berwisata untuk mengisi liburan tidak harus ke luar negeri. di Semarang ada sebuah destinasi wisata alam yang cukup populer,...